Kamis, 12 Juni 2008

Basa-Basi Saudara Tua


“…Pada saat itu, aku agak merasa malu. Terus terang saja, aku tak pernah merasa ini. Aku malu dan dengan terus terang memandang Indonesia dengan enteng. Kumohon maaf…”

Demikianlah pengakuan Toyoshima Hideki, Direktur Graf Media GM dari Jepang yang melakukan survei buat pameran “KITA!!: Japanese Artist Meet Indonesia”. Ini merupakan kedatangan pertamanya ke Indonesia.

Sebelumnya, Hideki yang menerima tugas dari Japan Foundation untuk menjadi kurator di pameran tersebut menganggap di Indonesia tidaklah banyak ruang seni dan kebudayaan.

Kenyataannya, survei di Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta menunjukkan hal yang berbeda. Dalam kesempatan bincang-bincang di Bandung, beberapa waktu lalu, dia mengaku menemukan banyak ruang seni dan budaya dengan berbagai ukuran. Setiap tempatnya menunjukkan prinsip dan warna tersendiri dengan jelas. Hal ini jugalah yang membuatnya menuliskan permohonan maaf dalam pengantar kurasinya.

Selangkah Mendekati Liverpool


…many times I've been alone/and many times I've cried/Any way you'll never know/the many ways I've tried

But still they lead me back/to the long winding road/You left me standing here/a long long time ago/Don't leave me waiting here/lead me to your door

But still they lead me back/to the long winding road…

Kegelisahan Paul Mc Cartney tergambar jelas dalam lagu ‘The Long and Winding Road’, saat dia menciptakannya. Pemain bas The Beatles ini percaya ada kuasa yang mengatur dalam hidupnya. Mc Cartney meminta agar sang empunya kuasa mengarahkan dia ke jalan hidup yang seharusnya.

Lagu yang keluar bersamaan dengan album Let It Be pada tahun 1970 ini diwarnai perselisihannya dengan personil The Beatles lainnya. Saat itu, mereka terancam bubar.

Pesan ini rupanya ditangkap oleh grup musik G-Pluck asal Kota Bandung yang menggelar pertunjukkan “Road to Liverpool Beatles Week Festival 2008” di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, Jumat (6/6) malam.

Dengan berbalutkan kemeja berdasi dan jas hitam, Awan Garnida (bas), Wawan (gitar), Adnan Sigit (gitar), dan Beni Pratama (drum) membawakan sekitar 33 lagu milik The Beatles, malam itu.

Seperti juga The Beatles, lagu ini dinyanyikan oleh sang pemain bas. Namun saat membawakannya, Awan memilih menggunakan keyboard. Instrumen bas beralih ke tangan Wawan yang ‘memerankan’ George Harrison.

Meski kental dengan aksen Inggris, vokal Awan masih tetap enak didengar. Kegelisahan Mc Cartney kembali terasa malam itu. Namun kali ini, ada empat anak muda yang berharap mendapatkan tuntunan dari Sang Kuasa untuk berkarya di Liverpool, tempat kelahiran grup musik yang mereka idolakan.

Ya, G-Pluck memang berupaya untuk dapat tampil sebaik-baiknya di Sabuga. Penampilan ini bukan sekadar bermain musik saja buat mereka. Mereka tampak ingin  memberikan jawaban kepada para penggemar The Beatles di Indonesia. Pasalnya, G-Pluck dipercaya untuk mewakili Indonesia dalam ajang Beatles Week Festival di Liverpool, Inggris pada 23 hingga 29 Agustus nanti.

Di sana, grup musik yang terbentuk semenjak tahun 2001 ini bakal tampil di Cavern Club, tempat The Beatles manggung pertama kali pada Selasa, 21 Februari 1961.

Kala itu, John Lennon, George, Paul, dan Richard Starkey alias Ringgo Starr baru kembali ke Liverpool dari Hamburg, Jerman. Mereka tercatat tampil sebanyak 292 kali di tempat itu antara tahun 1961-1962.

Mengawali penampilannya, G-Pluck langsung membawakan lagu The Beatles dari album Please Please Me dan album tunggal Meet The Beatles, Twist and Shout dan I Want to Hold Your Hand.

Kepiawaian Sigit yang ‘menjadi’ John Lennon, teruji ketika dia membawakan lagu Mr. Moonlight dari album Beatles for Sale yang keluar di tahun 1964. Lagu ini diawali oleh intro lengkingan suara Sigit yang menyebut judul lagu ini tanpa iringan instrumen apapun.

“Kamu pasti gugup ya,” kata Awan menyindir Sigit sebelum mulai bernyanyi.

Lagu ini juga yang menjadi penanda masuknya Tumpak Sidabutar dan Ramundo Gascaro membantu G-Pluck dengan instrumen keyboard-nya. Penampilan keduanya - meski pemain tambahan – memberikan suasana baru dalam Sabuga. Terlebih ketika G-Pluck membawakan lagu-lagu dari era 1965 seperti Norwegian Wood yang kental dengan suara alat musik petik dari kawasan Asia itu.

Dengan rambut poninya - kecuali Beni yang gondrong sehingga mirip penabuh drum Naif, Pepeng – G-Pluck berhasil memainkan lagu Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band dan With a Little Help From My Friends dari album Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band, yang terpilih sebagai salah satu album terbaik sepanjang masa, setahun silam.

Tidak hanya memainkannya, semua personil G-Pluck juga bisa bernyanyi. Mereka bernyanyi sesuai penyanyi dalam formasi The Beatles.

Misalnya,  Wawan menyanyikan lagu yang dibawakan oleh George Harrison lewat You Like Me to Much dan Here Comes The Sun, Awan di lagu Penny Lane, Hey Jude, tidak ketinggalan  Beni yang bernyanyi sembari bermain drum seperti Ringgo Starr pada lagu With a Little Help From My Friends. “Bedanya kalau Ringgo bermain itu kepalanya goyang-goyang. Kalau yang tadi tidak,” kata Anka (20), salah seorang penggemar The Beatles yang ikut menonton malam itu.

Pertunjukkan di Sabuga itu sebenarnya bisa berakhir apik, seandainya pembawa acara tidak salah paham dengan G-Pluck. Lazimnya sebuah pertunjukkan, para pemain akan turun panggung dan pembawa acara menutupnya dengan terima kasih. Karena tidak puas,  penonton meminta mereka tampil kembali dan pembawa acara yang turun.

Kali ini tidak. Pemain belum turun panggung, pembawa acara sudah menutup acara. Parahnya lagi, pembawa acara memberi komando agar penonton meminta G-Pluck memainkan beberapa lagu lagi. “Sangat membingungkan,” kata Awan ketika hendak tampil lagi dengan lagu Hey Jude.

Meski membingungkan, G-Pluck tampaknya tidak bakal mengalami kendala di atas panggung. Buktinya penampilan mereka di panggung tetap asyik untuk dinikmati hingga selesai membawakan lagu terakhir malam itu, I Saw Her Standing There.

Tampaknya, mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk tampil dalam  Beatles Week Festival yang bakal memasuki penyelenggaraannya yang ke-25, setelah sebelumnya selalu digelar setiap tahun sebagai bentuk penghormatan terhadap grup musik legendaris asal Inggris tersebut.

Semoga saja tidak ada halangan berarti bagi mereka untuk tampil di sana, mengingat nama Indonesia yang mereka bawa.



 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...