Kamis, 20 September 2007

Makin Tua Makin Berarti

Paduan suara warga lanjut usia GKI Taman Cibunut menyumbangkan suaranya dalam ibadah bersama pada pembukaan Pertemuan Raya Warga Lanjut Usia yang diselenggarakan di Resort Shalom, Cisarua, mulai Selasa (11/9) hingga Kamis (13/9). Berpartisipasi di paduan suara merupakan salah satu cara membuat hidup semakin berarti di usia lanjut pada kehidupan jemaat gerejawi.

Tua-tua keladi, makin tua makin jadi. Pastilah sebagian dari kita sudah mengenal istilah tersebut. Namun, bagi para lanjut usia yang tergabung dalam jemaat GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah istilah tersebut tampaknya kurang pas. Menurut mereka yang turut dalam Pertemuan Raya Warga Usia Lanjut (wulan) di Pine Resort Shalom, Cisarua, 11-13 September 2007, usia semakin tua haruslah semakin berarti.

Pendeta Emeritus GKI Budhiadi Henoch yang membuka acara itu dalam ibadah bersama di GKI Taman Cibunut, Bandung, mengatakan memang sudah seharusnya seseorang yang usianya terbilang lanjut haruslah dapat memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya.

"Tua-tua keladi, makin tua makin jadi. Kadang orang tidak tahu usianya sudah tua tapi perilakunya seperti yang tidak tahu usia. Genit untuk laki-laki, merindukan daun muda. Seharusnya semakin tua itu makin berarti," tutur dia di hadapan 150 peserta pertemuan raya dari berbagai GKI di Sinode Wilayah Jawa Tengah dan Klasis Jakarta II.

Ibadah tersebut mendasarkan pada kitab Mazmur 71: 17-18. "Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatanMu yang ajaib; juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasaMu kepada angkatan ini, keperkasaanMu kepada semua orang yang akan datang."

Menurut Budhiadi, 'berarti' dalam usia sudah lanjut itu pertama kali harus diterapkan kepada diri sendiri. Pasalnya, masih banyak orang yang sudah tua namun tidak dapat menerima kenyataan tersebut. "Hidup itu biarkanlah mengalir bagai air," paparnya.

Setiap mereka yang mengikuti pertemuan raya ini, sambung dia, bakal memiliki makna keajaiban yang berbeda-beda untuk masing-masing orang. "Adalah keperkasaan Tuhan yang menjiwai sehingga kita masih bisa melakukan kegiatan gerejawi. Usia bukanlah sebuah halangan untuk bersuka cita dan berkarya. Seperti yang diberitakan dalam Mazmur 71."

Setelah bisa menerima kenyataan dalam diri bahwa usia sudah lanjut, maka sebaiknya kita juga mampu memberikan arti pada keluarga. Menurut Budhiadi, dalam usia yang sudah lanjut memang sering orang tua itu diibaratkan kera. Hidup menclak-menclok dari satu pohon ke pohon yang lain. "Pindah-pindah rumah."

Hal itu, kata dia, merupakan sebuah kewajaran. Para orang tua janganlah menganggapnya sebagai hal yang negatif. "Minimal bisa dijadikan sebagai pusat untuk mengumpulkan keluarga, misalnya kalau Natal. Memperkenalkan sanak famili satu dengan yang lainnya," terang pendeta yang sudah menginjak usia 66 tahun ini.

Usia lanjut juga bukan suatu halangan untuk berkarya di jemaat gerejawi. Memang usia terkadang merepotkan saat harus mengikuti berbagai rapat yang diadakan oleh komisi-komisi atau penatua di gereja. Makanya, kata Budhiahi, yang sudah lanjut usia bisa menjadi pendoa bagi kegiatan gereja. "Berdoa supaya setiap rapat tidak berlama-lama," candanya seraya tersenyum.

Selain itu, warga jemaat yang sudah memasuki usia lanjut bisa memberikan kebahagiaan kepada jemaat lainnya. Misalnya dengan menjadi usher atau penyambut tamu dalam kebaktian. "Itu bisa membuat suasana menjadi hangat antarjemaat."

Masuk ke dalam lingkup yang lebih luas, warga usia lanjut juga dapat berarti bagi masyarakat. "Tidak perlu ingin menjabat sebagai ketua RT atau RW. Kita cukup menjadi juru damai karena itu akan sangat berarti bagi orang lain," tegas Budhiadi.

Menjadi seseorang yang sudah sepuh juga tidak harus seperti sepah yang rasanya sepet. Tidak perlu merasa kesepian dalam menjalani sisa-sisa waktu hidup.

"Manusia memang tidak dapat melawan kodrat. Hidup ini sangat singkat, yang terpenting adalah mutu hidup kita. Daripada umur panjang namun malah buat orang lain susah karena tidak mati-mati."

Mutu Hidup

Refleksi untuk mutu hidup itu dia dasarkan pada pemberitaan Mazmur 92: 13-16. "orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon Aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait Tuhan akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tuapun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa Tuhan itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan padaNya."

Pohon Korma, jelas Budhiadi, memiliki sifat yang tahan di segala musim dan rasa yang manis. Pohon Aras, paparnya, digunakan untuk berbagai macam keperluan di Lebanon. "Begitu kuat dan indah. Kuat tidak harus diartikan fisik tapi rohani. Saya harapkan Anda sekalian tidak absen ke gereja, karena itu adalah cara untuk bertunas dan bertumbuh di pelataran Bait Allah," urai dia seraya berharap pertemuan raya itu tidak hanya berlangsung sekali saja dan tidak menyisakan apa-apa.

Pertemuan raya yang diisi berbagai acara seperti sharing kegiatan antarjemaat, latihan penyusunan program, berbagai ceramah mengenai hidup dan kesehatan ini ternyata mendapatkan respon yang sangat positif.

Dalam kesempatan tersebut, Pendeta Emeritus Stefanus mengatakan orang lanjut usia itu memiliki kebutuhannya sendiri. Mereka berbeda secara kebutuhan psikis dan juga lingkup pergaulan. "Agar tidak loyo, makanya warga usia lanjut butuh teman dalam melakukan kegiatan-kegiatan teknis di lingkungan gereja," paparnya.

Kebutuhan tersebut diakui oleh Lapian (72), salah seorang peserta dari GKI Pamulang. "Saya berharap dengan pertemuan raya ini dapat mengajak mereka yang sudah memasuki usia lanjut untuk tidak malu-malu atau segan bergabung dalam komisi wulan. Makanya perlu yang namanya sharing antara sesama jemaat," terang kakek dari 12 cucu yang menjabat sebagai Ketua Komisi Wulan di GKI Pamulang itu.

Senada dengannya, Happy Hapsari (44) yang menjadi perwakilan dari GKI Nusukan, Solo mengungkapkan para warga usia lanjut memang terkadang membutuhkan refreshing. Pertemuan raya ini, ujar dia, dapat menjadi penghiburan bagi mereka yang sudah mulai terlupakan dari keluarga. "Kebanyakan anak-anak mereka sibuk. Pertemuan ini dapat menjadikan warga usia lanjut bisa lebih berkembang dan lebih mandiri," tuturnya. [SP/Adi Marsiela]

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...