Kamis, 24 Mei 2007

Saat Aksesoris Mengalahkan Wajah Cantik Model

 Pameran fotografi mode (baca: busana) tidak harus identik dengan tampilan model cantik. Topi, kerutan baju, stocking (pelapis kaki), anting, sepatu, dan aksesoris lainnya bisa menjadi detil dari sebuah foto mode yang seksi atau memiliki kisah tersendiri.

Lewat cara inilah, Wilfrid Rouff mencoba mengekspresikan persepsinya tentang dunia fashion dari balik rana kameranya. Dia tidak berusaha menggambarkan kecocokan sebuah busana dengan orang yang memakainya, melainkan mengeksplorasi hasil fotonya agar dapat memaksimalkan rancangan atau aksesoris yang melengkapi busana itu.

Padahal, fotografi dalam dunia fashion menjadi aspek yang penting. Satu hal yang paling sederhana untuk mempublikasikan karya atau rancangan yang terbaru dari seorang desainer.

Lihat saja karyanya yang berjudul “Kelly”. Rouff sengaja memotret dengan sudut ekstrim dari depan sang model yang mengenakan topi berwarna orange. Lewat komposisi berdiri, dia seakan ingin menegaskan bahwa topi yang bertabur payet-payet itu memang indah digunakan sebagai sebuah aksesoris.

Wajah sang model sendiri tidak diungkapnya. Fotografer kelahiran tahun 1951 ini hanya mengambil gambar dari bagian hidung ke bawah, sedangkan bagian atas atau dua pertiga dari foto berformat vertikal itu ditutupi oleh topi.

Ketertarikan Rouff akan kekayaan aksesoris guna meningkatkan tampilan seseorang, ia tampilkan dalam karya lainnya berjudul ‘Patou’. Masih dalam format berdiri, dia mengambil gambar muka seorang perempuan dengan cadar berpola polkadot hitam. Cadar itu sendiri terlihat dengan jelas seperti sebuah jaring laba-laba.

Bukannya memperburuk atau merusak riasan sang model yang memang sudah terlihat cantik, cadar polkadot itu malah menambah kesan misterius dari sang pemakainya. Fungsi publikasi dari foto ini menjadi semakin terasa meskipun hanya terfokus pada bagian wajah sang model.

Dua foto tadi hanya sebagian kecil saja dari 45 buah foto karyanya yang turut dipamerkan di Galeri Soemardja, Institut Teknologi Bandung (ITB). Kurator galeri tersebut, Wiyoga Muhardanto menuturkan karya-karya Rouff terlihat lebih spesifik atau mengkhususkan diri dalam memandang dunia adibusana.

Gagasan berkarya Rouff, terangnya, adalah dengan melakukan cropping images (pemotongan gambar). Memang sebagian besar karya yang dipamerkan ini tampak seperti dipotong, entah di bagian kepala, kaki, atau malah di bagian (maaf) buah dada sang model.

Namun, jika kita mengingat esensi berbusana adalah sebagai sebuah cara menutupi malu atau meningkatkan kepercayaan diri seseorang yang mengenakannya, maka pemotongan gambar yang dilakukan Rouff tidak akan terasa menganggu. Pemotongan itu lebih terasa sebagai sebuah ‘jurus’ untuk mendramatisir hasil fotonya.
Jurus itu sangat terasa pada karyanya yang diberi judul ‘Ungaro’. Terlihat di foto itu kalau sang perancang memang memberikan kesan glamour  pada karyanya dengan memberikan banyak kerutan di busana yang digunakan oleh sang model, lengkap dengan bunga berwarna emas, serta membawa baquet bunga matahari.

Namun dia, malah memotong bagian kepala sang model dan hanya menampilkan bagian tengah rancangan tersebut lengkap dengan bunga-bunganya. Keindahan dan keanggunan busana tersebut juga tidak terasa berkurang.

Keunikan Rouff dalam mempresentasikan karya-karyanya ini tidak terlepas dari pencariannya dalam dunia seni. Dia juga aktif menciptakan pertunjukkan dan menjadi pembicara dalam bidang seni. Selain itu dia juga membuat karya video, situs seni, dan berkolaborasi dengan seni-seni yang lain.

Salah satu karyanya yang cukup menarik perhatian pengunjung pameran adalah ‘Yves Saint-Laurent’. Rouff mengabadikan gambar seorang model yang tengah mengikat tali sepatunya yang memiliki lebar seperti pita untuk mengikat rambut anak-anak pada tungkai kakinya.

Saat gambar diambil, sang model tengah menunduk dengan posisi sepatu kiri yang hendak diikatkan talinya itu menyilang sembari naik ke atas papan di depan kakinya yang kanan. Keanggunan seorang model sangat terwakilkan dalam gaya mengikatnya.

Tidak hanya itu, penampilannya dengan mengenakan setelan celana dan kemeja lengan panjang yang dilengkapi warna merah dan biru garis-garis vertikal membuat komposisi warna dari foto itu cukup kaya. Ditambah lagi, potongan topi bundar yang menutupi wajah sang model berwarna kuning.

Gaya model itu membawakan busana sudah cukup terwakili dalam foto tersebut. Dia tidak perlu lagi melenggak-lenggok di atas catwalk. Pasalnya, lekukan, kenyamanan sang model dalam mengikat tali sepatunya sudah menunjukkan betapa cantiknya rancangan itu. [Adi Marsiela]
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...