Kamis, 09 Agustus 2007

Muhammad Yunus: Lelaki Hebat di Dunia


Cara berpakaiannya sederhana saja, baju koko tangan panjang berwarna biru dipadu dengan sebuah rompi coklat. Baju khas Bangladesh, seperti halnya batik di Indonesia. Rambut putihnya sama sekali tidak mengurangi semangat dia untuk berbicara tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan dengan diri kita sendiri. Dia mampu berbicara sembari berdiri sekitar satu jam.

Tidak ada yang keluar dari mulutnya tidak berarti sama sekali. Tapi ah, sayangnya, menurut kantor saya, seluruh omongannya itu tidak berarti. Buktinya, omongan lelaki itu yang sudah dirangkum sedemikian rupa dalam sebuah berita, tidak dimuat dalam penerbitan surat kabar keesokan harinya.

Lelaki itu bernama Muhammad Yunus. Dunia mengenalnya sebagai pemenang Nobel Perdamaian tahun 2006-yang ditentang oleh Amerika sebagai bosnya kapitalisme.
Ide Yunus sangat sederhana. Menurutnya, kita hidup dan bekerja sudah seharusnya mampu memberikan kebahagiaan untuk orang lain.

"Human being is not money maker," kata dia.

Pandangan dan tindakan Yunus sangatlah membumi. Ide dia untuk memberantas kemiskinan dengan memberikan lebih banyak kesempatan pada kaum miskin sebenarnya bisa dilakukan juga di negara kita ini. Bedanya, dia mau mencoba dan melakukannya. Di Indonesia? Mungkin harus buat dulu proposalnya, diajukan ke legislatif, kalau sudah masih harus menanti eksekutif, dan bla, bla, bla, bla.

"Poverty not created by the poor people, their victim. Poverty come from the system we made, our institution, and also the policy our goverment made. There is no poor people in the world. Everybody should have the same chance," papar dia.

Memang benar, semakin pintar seseorang semakin mudah dia akan dimengerti oleh orang lain. Hal lain yang menarik darinya adalah konsep bisnis sosial. Bisnis dalam mata Yunus, tidak harus menguntungkan pebisnisnya.

"Charity is the part from human being since long time ago. The more profit you have, the more success you are. That's insult. Human being is bigger than money maker," tegas Yunus.

Yunus bersama Grameen Bank (grameen artinya pedesaan) memberikan pinjaman kepada masyarakat miskin dan perempuan di desa-desa Bangladesh. Jaminan yang diminta oleh bank konvensional dalam hal pinjaman, tidak dia terapkan. Dia mendatangi para calon peminjam dana ke desa-desa. Semakin miskin dia, semakin tertarik Yunus memberinya pinjaman.

Orang-orang miskin, kata Yunus, lebih bisa dipercaya dibandingkan mereka yang membawa surat bukti kepemilikan tanah, modal, pengacara, dan lainnya ketika menghadap bank untuk meminta kredit. Selama 31 tahun Grameen Bank beroperasi, tidak pernah ada kasus peminjam yang tidak membayar kewajibannya. Semua berjalan normal dan aman.

"I trust them. We use the handshake law," paparnya.

"By giving money to the poor, you give them a debt loan?" tanya seorang wartawan dalam kesempatan konferensi pers.

"You see I not only give them the loan and then they pay it back to the bank. The wonder is I have employed
young people into the bank who collect money from you and the brink it the bank account. They took a lot of
money, from one people to another. But they never run away by taking money with them. This has been what
happen for 30 years in the Grameen Bank. Something we called as honesty. And we show to the governmet
official, politician what was the concrete way to be honest, to work hard ini Bangladesh which is one of
the top countries in corruption," jawab Yunus.

Inisiatif meliput kuliah umum Muhammad Yunus dalam rangkaian Dies Natalis ke-50 Unpad, di Gedung
Merdeka, Bandung, Kamis (8/8) ternyata tidak sia-sia, biar tidak dimuat beritanya oleh kantor.
Setiap bepergian, Yunus selalu menggunakan bajunya yang sederhana itu. Dia tetap bangga mempromosikan
produksi negaranya, meskipun Transparancy International menyatakan negaranya sebagai negara terkorup dalam 5 tahun terakhir.

6 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...