Rabu, 04 Agustus 2010

Langkah Kecil untuk Perdamaian

Berjalan kaki sudah menjadi bagian dari kehidupan. Namun buat 40 orang yang tergabung dalam kegiatan Walk The Peace, berjalan kaki itu jadi sebuah langkah kecil untuk menyuarakan perdamaian di seantero bumi. "Ada 20 warga negara asing dan 20 warga negara Indonesia yang ikut serta," kata Erick Lincoln (46) yang menjadi penggagas kegiatan tersebut bersama Irfan Amalee, seorang penulis dari Indonesia.

Meski memiliki latar belakang dan budaya yang berbeda, keduanya memiliki konsep yang sama tentang solusi konflik di Indonesia khususnya dan umumnya di dunia. Konsep perdamaian itu adalah melalui generasi muda.

Menurut Erick, para peserta kegiatan Walk The Peace akan berjalan kaki dari Kota Bandung, ibukota Provinsi Jawa Barat menuju ke Pantai Pangandaran yang jaraknya sekitar 200 kilometer. Penggagas Peace Generation yang asli Amerika Serikat itu mengatakan kegiatan berjalan kaki untuk menyebarkan pesan-pesan perdamaian itu diikuti oleh peserta dari Indonesia, Amerika, Korea Selatan, dan Kanada. "Mereka mendaftar lewat internet," katanya dengan bahasa Indonesia yang fasih.


Bersama dengan Irfan, pria yang sudah 17 tahun bermukim dan bekerja sebagai konsultan Bahasa Inggris di Indonesia ini mempersiapkan program tersebut sejak enam bulan silam. "Kami punya visi untuk mempertemukan berbagai komunitas yang jarang bertemu. Karena cara terbaik menghilangkan prasangka adalah dengan menjadi teman," kata Erick.

Dalam perjalanan untuk perdamaian ini, para peserta akan menginap di rumah-rumah penduduk dan sekolah yang dilalui. Setidaknya ada 20 sekolah dan pesantren yang akan mereka kunjungi. Setiap harinya, para peserta akan berjalan kaki sepanjang 10 kilometer. Selebihnya perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan umum atau menumpang truk yang melintas. Cara ini dipilih karena dianggap paling sesuai dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia. 

Para peserta ini memulai perjalanannya dari salah satu rumah makan di Jalan Laswi menuju ke komplek sekolah Muhammadiyah di bilangan Antapani, Bandung, Jumat (30/7) pagi. Di sekolah itu mereka disambut puluhan pelajar dari tingkat SD hingga SMP. 

Pada kesempatan itu, Erick memaparkan 12 nilai perdamaian yang di antaranya adalah menerima diri sendiri dan orang lain, prasangkat terhadap orang lain, mau menerima perbedaan suku, agama, dan ras, serta memaafkan dan menolak kekerasan sebagai jalan keluar dari sebuah masalah. "Nilai-nilai perdamaian itu sudah ada dalam modul peace generation yang digunakan di sekolah-sekolah seperti di Aceh, Banjarmasin, dan Gorontalo sejak empat tahun belakangan," tutur dia.

Sembari berjalan, para peserta akan mendapatkan pengenalan budaya lokal. Mulai dari kebiasaan makan yang hanya menggunakan tangan tanpa sendok dan garpu sampai mengenal permainan tradisional seperti congklak.

Timothy Kwon, salah seorang peserta asal California mengatakan dirinya ikut program ini setelah mendapatkan informasi dari gurunya. Meski baru berusia 16 tahun, dia memberanikan diri untuk datang ke Indonesia. "Awalnya saya takut karena orang-orangnya sangat berbeda (dalam pandangan saya). Tapi begitu saya datang, ternyata semuanya sangat menyenangkan," katanya. 

Menurut dia, program ini cukup baik karena mengajak orang dengan latar belakang yang berbeda untuk mengenal orang lain. "Selain itu kita juga mau menyebarkan pesan-pesan perdamaian, karena meski kita berbeda bukan berarti kita tidak bisa hidup dalam damai."

Meski usia peserta dibatasi minimal 16 tahun dan maksimal 23 tahun seperti yang dilansir dalam laman www.peace-organization.com, ada peserta yang tetap mendaftar dan datang ke Indonesia meski usianya sudah 27 tahun. Pria asal Chicago, Amerika Serikat itu adalah Gabe Garriga.

Mantan tentara yang terluka saat bertugas di Irak ini percaya gerakan menyebarkan pesan perdamaian lewat jalan kaki di negara berpenduduk Islam terbesar di dunia ini bisa memberi dampak yang positif. "Saya percaya orang-orang dari seluruhnya seharusnya datang dan membangun kesatuan secara damai dengan orang lain. Jika kita mengerti satu dengan lain maka kita bisa membangun kehidupan bersama yang lebih baik," ujarnya.

Terkait dengan perang yang sudah pernah dilaluinya, dia mengungkapkan hal itu bukanlah jawaban atas permasalahan yang ada. "Tidak ada perang yang bisa jadi jawaban atau memecahkan masalah. Makanya saya ikut dalam program ini untuk memperlihatkan ke orang-orang, masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk memecahkan masalah dan membawa kedamaian buat semuanya," terang pria yang mengalami luka bakar di kedua tangan dan sebagian wajahnya akibat perang ini.

Para peserta yang mendaftar lewat situs internet ini akan tiba di Pantai Pangandaran, pada tanggal 7 Agustus mendatang. Selain menyebarkan pesan perdamaian seperti mau menerima diri sendiri, orang lain, perbedaan suku, agama, ras, dan mau memaafkan, para peserta ini akan membagi-bagikan sekitar 300 bibit pohon. 

Untuk mengikuti kegiatan ini, setiap peserta dipungut biaya sebesar Rp 900 ribu. "Biaya itu untuk akomodasi dan penginapan selama perjalanan," terang Erick. 

Selain menyebarkan pesan-pesan perdamaian, program ini juga membawa pengalaman baru buat masing-masing peserta. Sebut saja Maggie Felisberto yang setahun belakangan tinggal di New York, Amerika Serikat. "Di sana sangat berbeda karena kebanyakan orang-orangnya sangat 'dingin' dan jarang berinteraksi satu sama lainnya. Kita jarang melakukan sesuatu secara bersama-sama apalagi untuk belajar saling mengenal satu dengan yang lain," ujar perempuan keturunan Amerika latin ini.

Hal senada disampaikan oleh Yasmin Anwar Putri yang merupakan utusan dari Pesantren Persatuan Islam 76 Tarogong, Garut. "Minimal kita memperlancar komunikasi dalam bahasa Inggris," tutur siswa kelas 15 jurusan IPA ini. 

Yang menjadi tantangan buat Yasmin untuk bergabung dalam program ini adalah meyakinkan orang tuanya. Karena dia harus bolos dari sekolahnya selama 10 hari. "Tapi setelah dijelaskan maksud dan tujuan dari acara ini, mereka malah mendukung karena dianggap positif bisa saling mengenal kebudayaan," paparnya

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...