Pemerintah Indonesia sedang bersiap
menanti sebuah kelahiran ‘besar’ dari Ratu, seekor badak Sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis) betina yang hidup di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS), Taman
Nasional Way Kambas, Lampung. Tidak hanya Indonesia, kelahiran Ratu ini dinanti-nanti
oleh masyarakat dunia, khususnya para pemerhati satwa liar.
Kehamilan Ratu yang usianya diperkirakan
antara 11-12 tahun ini merupakan anugerah. Kehamilan ini merupakan yang paling
tinggi potensinya untuk kelahiran sejak SRS dibangun pada tahun 1997 silam.
Foto Ratu dari Yayasan Badak Indonesia |
Dokter hewan dari SRS, Eliza Jinata
mengatakan, usia kehamilan Ratu saat ini sudah memasuki bulan ke-14. Umumnya,
masa kehamilan badak itu antara 15 hingga 18 bulan. “Makanya sekarang observasi
terhadap Ratu ditambah dengan menggunakan empat kamera, Dua di kandangnya, dua
lagi di kubangan dan perlintasan badak,” kata dia di Bandung, Kamis (24/5).
Saat ini di
SRS, tempat penangkaran badak yang terbilang semi alami itu dihuni oleh empat
ekor badak Sumatera. Masing-masing, Andalas (10 tahun), Bina (27 tahun), Ratu
dan Rosa. Andalas yang dilahirkan pada tanggal 13 September 2001 di Kebun
Binatang Cincinnati, Amerika Serikat merupakan satu-satunya badak jantan yang
tinggal di kawasan seluas 100 hektare itu.
Badak suka berendam di lumpur. |
Sebelumnya ada
Torgamba, pejantan yang diharapkan dapat kawin di sana dengan Bina serta
Dusun.Namun Dusun mati pada tahun 2001 dan Torgamba menyusul pada tahun 2011
lalu.
Kehamilan ini
menjadi kabar gembira di tengah keberadaan badak Sumatera yang terancam punah
seperti kerabatnya badak Jawa.
Dokter hewan
lulusan Universitas Airlangga itu memaparkan, populasi badak Sumatera
diperkirakan tinggal 200 ekor yang hidup liar di wilayah Indonesia dan
Malaysia. “Kalau di kawasan Way Kambas itu mungkin ada sekitar 20 ekor yang
hidup liar di luar empat yang ada di SRS,” kata Eliza.
Hingga saat
ini, ungkap dia, baru ada tiga kelahiran badak Sumatera yang sukses di dunia.
Ketiga-tiganya
adalah kelahiran badak Sumatera dari pasangan Emi dan Ipuh yang ada di Kebun
Binatang Cincinnati, Amerika Serikat. Kedua badak itu merupakan badak Sumatera
hasil tangkapan dari kawasan Bengkulu, sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat.
Kedua badak itu dikirim ke Kebun Binatang Cincinnati Amerika karena
keberhasilannya melakukan pengembangbiakan pada spesies badak lain.
Badak menggunakan ujung mulutnya yang seperti belalai untuk menarik daun. |
Andalas
merupakan anak pertama dari pasangan itu. Kelahiran Andalas merupakan badak
Sumatera pertama yang lahir di kebun binatang dalam waktu 112 tahun sejak
kelahiran badak di Kebun Binatang Kalkuta, India tahun 1889 silam.
Keberhasilan
itu berlanjut dengan kelahiran Suci, adik Andalas pada tahun 2003. Pada tahun
2007 lalu, pasangan itu melahirkan anak ketiganya yang diberi nama Harapan.
“Jika kelahiran dari Ratu sukses maka ini akan jadi yang pertama di Indonesia
atau yang ke-empat di dunia,” terang Eliza.
Sebelumnya, sambung dia, Ratu sudah dua
kali mengalami kehamilan namun keguguran. Untuk menjaga proses kehamilannya
kali ini, Ratu diberikan tambahan protein dan hormon.
“Tim kami juga melakukan pemeriksaan
dengan USG sehingga terpantau sampai saat ini janinnya baik. Detak jantung
normal, cairan amnion atau mirip ketuban di manusia juga ada. Jadi dipantau
terus. Kita malah ada beberapa skenario yang sudah disiapkan terkait proses
persalinannya nanti,” kata Eliza.
Tim SRS juga mendapatkan bantuan dari
orang asing yang sudah berhasil menangani persalinan badak. Beberapa di
antaranya adalah Benn Bryant dari Taronga
Western Plains Zoo Australia; Paul Reinhart – keeper yang menangani kelahiran tiga
anak badak Sumatera di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika; Susi Ellis dari
International Rhino Foundation, dan Bibhab K.Talukdar dari Asian Rhino Specialist Group.
Badak Sumatera paling kecil ukurannya dari lima spesies badak yang ada di dunia. Secara umum, badak dibagi
ke dalam dua kelompok, badak Asia dan Afrika.
Penglihatan badak tidak sebaik indera penciumannya. Jika dikejar badak sebaiknya mencari pohon dan naik ke atasnya. |
Badak Afrika ada dua jenis yang hitam dan
putih sedangkan badak Asia yang masih hidup adalah badak Sumatera, badak Jawa,
dan badak India. Berbeda dengan kerabatnya di kawasan Taman Nasional Ujung
Kulon yang bercula satu, badak Sumatera memiliki dua cula. “Tapi ukurannya
kecil tidak seperti badak Afrika yang bisa mencapai setengah meter,” terang
Eliza yang berharap populasi badak Sumatera bisa bertambah seperti badak India
yang juga ‘diselamatkan’ lewat program zona penyangga konservasi. [SP/Adi
Marsiela]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar